Sunday, March 15, 2009

Dunia "Tersihir" Facebook

Demam facebook sedang melanda. Orang seperti keranjingan berbagi informasi, rasa, canda, tawa, hasrat, ekspresi, dan impian lewat jaring sosial di dunia maya ini. Bahwa di dunia nyata sehari-sehari mereka tidak saling menyapa, itu persoalan lain. Beginilah cara paling modern generasi sekarang memelihara relasi sosial dan kekerabatannya.

Tengoklah situs apa yang sedang dibuka teman atau kerabat Anda? Boleh jadi, jawabannya facebook (fb). Ya, situs jaringan sosial di internet ini, sekarang, sedang amat populer. Anak sekolah, mahasiswa, karyawan, hingga ibu rumah tangga terutama di kota-kota besar menggunakan facebook.

Tidak hanya menggunakan, sebagian orang bahkan sudah dalam tahap keranjingan fb. Salah satunya adalah Priscilla F Carlita, karyawan swasta. Sejak bangun tidur, gadis cantik ini langsung membuka fb. Ketika tiba di kantor, dia membuka lagi fb-nya hingga waktu pulang kantor tiba. Sambil bekerja, sesekali dia melirik pesan dan komentar baru yang masuk lewat fb.

Sesampai di rumah, Priscilla kembali membuka situs itu sekadar untuk mengintip aktivitas sebagian dari 1.600 lebih teman di situs itu. ”Rasanya, ada yang kurang kalau enggak membuka fb. Gue bisa kehilangan informasi mengenai teman-teman,” kata Priscilla, yang bergabung dengan situs itu sejak enam bulan lalu.

Daya tarik

Apa sebenarnya daya tarik fb? Linda Fitriesti, PR Trans7, mengatakan, di situs itu dia bisa melihat foto, ekspresi, dan mengetahui aktivitas teman-temannya. ”Biasanya, gue akan memberikan komentar-komentar gokil. Kalau mereka membalas, gue senang banget. Rasanya, gue eksis,” ujarnya, Rabu, sambil tertawa.

Di situs ini Anda memang bisa melihat dan dilihat orang, mengetahui dan diketahui orang, mengomentari dan dikomentari orang tanpa ada yang melarang. Hasrat narsistik setiap orang pun benar-benar bisa terlampiaskan. Tengoklah foto-foto seperti apa yang dipasang pengguna fb. Kalau bukan foto keluarga dan teman-teman lama, mereka hampir pasti menyisipkan foto nampang di luar negeri atau pada momen-momen spesial.

Karena itu, momen seperti Axis Jakarta International Java Jazz Festival 2009, yang bertabur bintang luar negeri dan harga tiketnya selangit bagi kebanyakan orang, menjadi amat penting bagi sebagian pengguna fb. Ketika Matt Bianco tampil di ajang ini pekan lalu, seorang perempuan penonton memotret dirinya menggunakan Blackberry dengan latar belakang aksi grup jazz kaliber dunia itu.

Setelah selesai, saat itu juga dia langsung mentransfer foto itu ke dinding fb-nya. Kepada teman di sebelahnya dia berkata, ”Gue kasih komentar, ’Gue nonton Matt Bianco, bo!’”

Tengok pula pesan-pesan yang ditulis di dinding fb. Hampir semuanya masalah remeh-temeh. Putri (26), ibu rumah tangga di Ciputat, misalnya, menulis pesan yang isinya sekadar mengabarkan bahwa dia sedang deg-degan menunggu apakah adonan kue donatnya akan mengembang atau bantat. Di Aceh, Mahdi mengabarkan, dirinya sedang menghangatkan makanan kiriman ibunya. Di Bekasi, Herry mengabarkan sedang minum kopi.

Pesan Herry itu dikomentari seorang teman: ”Busyet, pagi-pagi udah ngopi. Kopinya apaan?” ”Mau tau aja lu,” balas Herry.

Namun, banyak pula status yang serius dan berbau propaganda. Haris Rusli, seorang aktivis, menulis, ”Gulingkan SBY....” Dan seorang teman berkomentar, ”Setelah gulingkan SBY, lalu gulingkan aku dong....”

Haris belingsatan. ”Wah, aku gak kenal tuh cewek, bisa bahaya,” kata Haris yang belum lama menikah ini. Ia pun buru-buru menghapus nama cewek itu dari daftar temannya.

Komunikasi baru

Begitulah. Seremeh-temeh apa pun yang dibicarakan orang di fb, situs ini terbukti sukses menjadi media komunikasi baru yang sanggup merajut relasi sosial. Proses terbentuknya jaring sosial dan persahabatan di fb berlangsung cepat. Di fb, orang tak hanya mencari, tetapi juga dicari.

Hal ini dirasakan Esther (44). Tiga bulan lalu, karyawan swasta ini belum tahu alamat teman-teman lamanya. Setelah bergabung di fb, tiba-tiba saja teman-teman SMA, SMP, SD, bahkan TK-nya bermunculan.

”Saya nyaris tak percaya. Sekarang saya tahu mereka lagi ngapain aja,” katanya. Esther dan teman-teman SMA yang terpisah sejak 25 tahun lalu itu pun menggelar reuni di Jakarta pekan lalu. Sabtu kemarin giliran dia dan teman-teman SMP-nya menggelar reuni.

”Saya sedang ngumpulin teman-teman SD untuk reunian. Kalau perlu, teman TK juga, ha-ha-ha,” ujarnya, riang.

Umar Ibnu (39), dosen warga Ende, Nusa Tenggara Timur, mulanya enggan bergabung dengan fb. Koneksi internet di daerahnya sering kacau dan hanya ada lima warung internet di kotanya. Namun, atas saran teman, ia pun mendaftar. ”Asyik juga, ternyata banyak yang mencari-cari saya. Sekarang, saya tak sabar untuk membuka fb di kantor. Maklum, gak ada internet di rumah,” katanya.

Tidak semua kisah tentang fb menyenangkan. Tengok pengalaman Adhi (33), seorang manajer perusahaan konstruksi di Jakarta, akhirnya memutuskan menutup fb-nya karena menjadi pangkal percekcokan dengan sang pacar. ”Awalnya menyenangkan, tetapi lama-lama menjadi pangkal masalah. Dia cemburu kalau saya menyapa teman-teman cewek saya, saya juga gak terima dia berakrab-akrab dengan teman cowoknya,” ujar Adhi.

Menurut dia, yang paling sering menjadi pangkal masalah adalah tulisan di dinding atau komentar terhadap status. ”Orang sering tidak sadar bahwa tulisan di dinding atau komentar itu bisa dibaca semua orang, jadi kalau dia menyapa teman cowoknya dengan panggilan mesra, teman-teman saya suka berpikir tidak enak,” tuturnya.

Akhirnya, ia dan pacarnya sepakat untuk sama-sama menutup fb. ”Manfaatnya tidak signifikan. Toh sebelum ini saya juga bisa hidup tanpa fb,” tukasnya.

Jadi, fb hanyalah sebuah sarana, pahami aturan mainnya. Dan jangan lupa untuk tetap menyapa orang di dunia nyata. (Dahono Fitrianto/Susi Ivvaty)

Sumber: Budi Suwarna, kompas cetak (Minggu, 15/03/2009)

No comments: